Mengenal Antioksidan dan radikal bebas

 

Antioksidan merupakan bahan yang dapat membantu melindungi sel-sel dalam tubuh dari efek samping paparan radikal bebas yang terus-menerus. Radikal bebas sendiri merupakan zat berbahaya yang dapat terbentuk secara alami dari dalam tubuh. Tak hanya itu, paparan radikal bebas dari luar tubuh juga bisa diakibatkan oleh sejumlah hal, seperti terpapar asap rokok, asap kendaraan, serta radiasi.

Ketika tubuh terus-menerus terpapar radikal bebas, tubuh akan mengalami efek jangka panjang bagi kesehatan akibatnya kamu jadi sulit beraktivitas secara all out. Radikal bebas yang menumpuk pada tubuh dapat menjadi pemicu jadi sejumlah penyakit kronis pada tubuh, seperti penyakit jantung dan kanker.

 

Bagaimana Antioksidan Bekerja dalam Tubuh?

Antioksidan merupakan molekul yang berada dalam sel. Molekul ini bekerja dengan mengambil elektron, sehingga radikal bebas tidak mengakibatkan adanya kerusakan sel. Dengan adanya kandungan antioksidan dalam tubuh, radikal bebas akan aman terkendali. Ini karena perannya yang sangat penting, kamu perlu memperbanyak jumlahnya untuk mencegah bahaya dari radikal bebas

 

Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pencampuran Pakan

 

Kunci keberhasilan dalam pencampuran pakan terletak pada homogenitas pakan hasil pencampuran. Oleh karena itu, terdapat beberapa titik kritis yang perlu diperhatikan guna menghasilkan campuran yang homogen, yaitu :

  • Ukuran partikel

Ukuran partikel pakan yang berbeda-beda mengurangi kemungkinan tercampurnya bahan baku secara merata dan menyebabkan campuran pakan terpisah kembali setelah sebelumnya tercampur. Mixer mempunyai ambang batas dimana bahan dengan ukuran yang kecil tidak dapat tercampur dalam ransum. Solusinya adalah mengecilkan ukuran bahan pakan supaya partikelnya dapat tersebar secara acak dan merata. Disamping itu, menurut Herrman and Behnke (1994), meningkatkan kecepatan putaran mixer dapat mempercepat penyebaran partikel bahan pakan, sehingga hasil pencampuran lebih merata.

  • Urutan memasukkan bahan baku

Urutan memasukkan bahan menentukan penyebaran bahan baku selama pencampuran. Bahan pakan yang memiliki partikel sangat kecil dan jumlahnya sedikit misalnya premix dilakukan pencampuran pendahuluan (pre- mixing) supaya merata (Putri dkk., 2017). Contohnya, premix 2 kg yang akan dicampur dengan 100 kg bahan pakan, sebelumnya dicampurkan terlebih dahulu dengan 10 kg bahan pakan dengan jumlah terbesar.

  • Kapasitas pengisian mixer

Kapasitas pengisian bahan baku ke dalam mixer mempengaruhi hasil pencampuran. Pengisian yang terlalu penuh dapat menghambat proses pencampuran pada bagian atas mixer (Suparjo, 2010). Pencampuran akan berjalan efisien jika mixer diisi 60-90% dari kapasitasnya.

  • Durasi Pencampuran

Sesuaikan durasi pencampuran pakan. Durasi ditingkatkan sejalan dengan meningkatnya level bahan cair di dalam campuran, sebab campuran akan menjadi lebih kental dan memperlambat aliran pakan di dalam mixer. Hal tersebut berisiko menimbulkan lapisan-lapisan pada bagian sisi dan screw mixer, sehingga efisiensi pencampuran menurun dan berisiko mengontaminasi batch selanjutnya. Sebaliknya, durasi mixing yang terlalu lama dapat memungkinkan terjadinya segresi (pemisahan partikel).

ASAM SITRAT SEBAGAI ACIDIFIER PADA PAKAN UNGGAS

 

Asam sitrat merupakan asam organik yang berfungsi sebagai acidifier yang memiliki peranan dalam   mempercepat kondisi asam pada proventrikulus dan ventrikulus sehingga berdampak pada peningkatan kecernaan nutrien terutama protein.

Proses pencernaan protein pada unggas dimulai didalam proventriukulus. Protein ransum yang di konsumsi mengalami proses pencernaan enzimatis oleh enzim pepsin. Pepsin bekerja secara optimal pada proventrikulus dalam hidrolisis protein jika keasamannya berkisar antara 2-4. Terutama pada saat unggas dalam fase starter hingga grower, saluran pencernaan belum berkembang secara optimal, Pemberian acidifier dengan dosis yang tepat memberikan dampak positif terhadap  kesehatan usus, sehingga dapat memperbaiki pencernaan dan penyerapan nutrien. Kondisi ini dapat dilihat dari penurunan pH usus halus yang berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan bakteri menguntungkan seperti asam laktat dan menekan Escherichia coli sebagai bakteri patogen

Berikut disajikan penelitian penambahan asam sitrat terhadap kecernaan protein dan penambahan bobot badan pada unggas itik.

Sumber : Pengaruh Penambahan Asam Sitrat Dalam Ransum Sebagai Acidifier Terhadap Kecernaan Protein Dan Bobot Badan Akhir Pada Itik Jantan Lokal. Nugroho dkk.., 2016

Sementara itu, Efek lain dari asam sitrat sebagai acidifier yang telah dikonfirmasi dalam beberapa penelitian lain diantaranya:

  • Merangsang dan memperbaiki sekresi pancreas, yang meningkatkan daya cerna, penyerapan dan retensi protein, asam amino dan mineral (terutama Ca dan P) (Valencia and Chavez, 2002)
  • Meningkatkan morfologi usus halus baik berat maupun panjangnya, sebagai akibat dari perubahan dimensi vili. Penggunaan acidifier berupa asam asetat, asam sitrat maupun asam laktat dapat meningkatkan panjang, bobot dan densitas vili usus pada ayam broiler
  • Meningkatkan kesehatan pada unggas ayam dilihat dari peningkatan berat organ bursa fabrisius dan limpa sebagai organ kekebalan pada ayam broiler (Saputra, 2014)
  • Menurunkan rasio heterofil dan limfosit (H/L Ratio) karena mampu memperbaiki kondisi usus sehingga imunitas terjaga walaupun protein diturunkan
  • Meningkatkan massa protein daging, yaitu protein yang terdeposisi dalam daging

 

Bagaimana pengendalian cacing Pada Ayam Layer ?

Cacing seringkali menimbulkan permasalahan produktivitas. Layer yang terkena cacingan akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas telur 2-10 % karena kehilangan nutrisi akibat dari adanya cacing di saluran pencernaan. Bahkan cacing juga menyebabkan penurunan daya tahan tubuh sehingga tak jarang kejadiannya dibarengi dengan penyakit lain. Ayam yang mengalami cacingan menunjukkan gejala nafsu makan berkurang, berat badan turun, kotoran basah/encer, bulu terlihat pucat dan kusut.

Bagaimana ayam terkena Cacingan

Cacingan erat hubungannya dengan vektor (pembawa) yaitu lalat. Terutama cacing pita (cestoda). Lalat membawa telur cacing kemudian mencemari pakan, kemudian termakan oleh ayam dan cacing berkembang biak di dalam tubuh ayam

Kapan ayam rawan terkena cacingan?

Musim hujan menjadi musim yang paling rawan. Musim hujan merupakan saat yang pas untuk lalat berkembang biak dan membawa telur-telur cacing ke dalam pakan ayam sehingga penyakit cacingan paling banyak menyerang ayam pada awal hingga akhir musim penghujan (Majalah Trobos Edisi April 2019).

Cara mengatasi cacingan

Pemberian obat cacing spektrum luas, dengan kandungan Niclosamid dan Levamisole yang mampu mengatasi infeksi cacing pita dan cacing gilik sekaligus, menggunakan CETA LV PLUS

MACAM-MACAM PARASIT PADA AYAM

Parasit adalah organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain yang disebut inang.

PT. CIPTA TERNAK SEHAT INDONESIA

Parasit dibedakan  menjadi dua berdasarkan tempat hidupnya di tubuh inang, yaitu ektoparasit dan endoparasit.

  • Ektoparasit adalah parasit yang berada di luar tubuh inangnya antara lain dari kelas insekta (kutu, pinjal, lalat, dan nyamuk) dan kelas arachida (caplak dan tungau).
  • Endoparasit merupakan parasit yang ditemukan di dalam tubuh atau organ inangnya. Endoparasit terdiri dari helminth (cacing) dan protozoa.

Berdasarkan sifat hidupnya, parasit dibedakan menjadi dua macam yaitu parasit obligat dan fakultatif. Parasit obligat seluruh siklus hidup dari parasit tersebut bergantung pada hospes (inang) sedangkan parasit fakultatif apabila parasit tersebut tidak sepenuhnya bergantung pada hospes, dalam artian masih dapat hidup meskipun di luar tubuh hospes misalnya nyamuk dan lalat.

Parasit akan merugikan inangnya, karena akan merebut nutrisi makanan yang masuk, menghisap darah, cairan getah bening atau eksudat, merusak jaringan tubuh, menimbulkan radang, membuka jalan untuk agen pathogen lain, menghasilkan berbagai substansi yang bersifat toksik atau beracun sehingg dapat menimbulkan reaksi alergi serta dapat menimbulkan penyumbatan secara mekanis.

Ektoparasit

  • Kutu

Kutu adalah insekta yang memiliki tubuh pipih dengan bagian tubuh yaitu kepala, thoraks (dada) dan perut. Kutu memiliki 3 pasang kaki, tidak bersayap, bersifat hospes spesifik yang artinya hanya hidup pada hospes tertentu dan umumnya juga ditemukan di daerah tertentu.

Pada ayam sering dijumpai pada bulu ayam dan mungkin ditemukan di area bawah sayap, leher, sekitar perut, dan kloaka. Telur kutu biasanya terkumpul pada pangkal bulu.

Kutu dapat dibedakan menjadi dua antara lain, (1) kutu penggigit (bitting lice) yang mempunyai kepala besar dan melebar, memakan epidermis kulit, remukan bulu, kerak kulit, dan sedimen yang mengering, dan (2) kutu penghisap (sucking lice) dengan bentuk kepala kecil dan meruncing, biasanya akan menyerap darah atau cairan limfe. Pada ayam ditemui kutu golongan Mallophaga (kutu pengunyah) dan kutu penghisap.

Infestasi kutu biasanya bersama dengan kasus lainnya; misalnya cacingan, penyakit infeksi akibat bakteri atau virus, penyakit metabolic (kekurangan nutrisi) dan kurangnya sanitasi lingkungan kandang.

  • Tungau

Tungau tergolong dalam satu ordo bersama dengan caplak namun berbeda dengan kutu dalam pengertian ilmu hewan walaupun sama-sama berukuran kecil.

Bagian tubuh tungau terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (cephalo-thorax) dan bagian perut. Tungau dapat berlari dengan cepat pada tubuh ayam khususnya bagian dada dan perut.

Tungau yang menghisap darah ayam lebih aktif saat malam hari dan jarang ditemukan pada siang hari. Tungau hidup di lingkungan sekitar ayam yaitu pada dinding kandang, lantai kandang, dan celah-celah kayu kandang.

  • Caplak

Caplak termasuk ke dalam ordo Acarina sama halnya dengan tungau. Caplak yang sering menyerang unggas termasuk dalam family Argasidae.

Caplak memiliki tubuh yang lunak, hidup di daerah tropis dan menyerang ayam-ayam yang dipelihara dalam kandang panggung atau di atas litter. Pada peternakan modern jarang ditemukan kasus infestasi caplak namun bila penerapan biosecurity-nya kurang maka bisa saja caplak menyerang.

Bagian tubuh yang paling disukai yaitu di bawah sayap dan cenderung menyerang pada malam hari. Biasanya pada unggas terserang terdapat bercak-bercak perdarahan.

  • Pinjal

     

    Pinjal memiliki kaki yang panjang untuk meloncat termasuk dalam ordo Siphonaptera. Tubuh pinjal pipih pada sisi samping dan berwarna coklat kehitaman. Pinjal tidak memiliki sayap, tanpa mata majemuk, memiliki antenna pendek dan mulut yang digunakan untuk menusuk dan menghisap.

    Pinjal merupakan ektoparasit yang bersifat semi-obligat karena tidak seluruh siklus hidupnya berada pada tubuh ayam. Pinjal mengalami metamorphosis sempurna dan bersifat parasit dalam stadium dewasa dan hidup bebas pada stadium larva. Pinjal dewasa akan melekat pada tubuh inang dan menghisap darah serta dapat membenamkan kepalanya ke lapisan dalam kulit.

    Pinjal dewasa memiliki kemampuan menermpel dengan erat pada tubuh inangnya (ayam) sehingga sulit untuk lepas dan kemampuan menghisap darahnya lebih kuat dibandingkan dengan kutu penghisap.

Endoparasit

Endoparasit merupakan parasit yang hidup dalam tubuh inang, umumnya berupa jenis cacing, protozoa, bakteri, virus, dan arthropoda.

Ayam yang terinfeksi endoparasit memliki gejala seperti lesu, pucat, kondisi tubuh menurun bahkan kematian. Endoparasit dapat menghambat pertumbuhan dan berpengaruh pada turunnya produksi ayam.

Parasit yang berada pada tubuh suatu ternak dapat menyebabkan kerusakan organ ternak tersebut dan ayam yang terserang penyakit juga dapat mengalami penurunan berat badan.

Penularan endoparasit pada ternak umumnya melalui makanan atau kondisi wadah yang kurang bersih serta melalui air dan peralatan yang digunakan pada proses pemeliharaan ternak.

  • Cacing pada Ayam

Cacing yang ditemukan pada ayam terdapat mulai dari kelas nematoda (cacing gilig), cestode (cacing pita), trematoda (cacing daun). Pada umumnya cacing –cacing yang menginfeksi ayam memiliki habitat dan inang perantara sehingga dapat menginfeksi ayam. Cacing lebih sering menyerang saluran pencernaan, namun tidak dipungkiri pada ayam cacing juga dapat menyerang saluran pernafasan dan organ mata.

Helminthiasis (cacingan) adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Serangan helminth biasanya tidak menunjukkan gejala klinis dan jarang menimbulkan kematian. Namun bila dilihat dari sisi ekonomis, helminthiasis memiliki dampak yang cukup kuat karena ayam akan mengalami penurunan berat badan, penurunan produksi telur pada ayam petelur mencapai 5-20%, lalu penurunan kondisi ayam bilamana kondisi tubuh diakhiri dengan kematian bila tidak segera diobati.

Terdapat tiga kelas cacing pada ayam, antara lain:

  • Nematoda

Cacing nematoda mempunyai ciri khas bentuk tubuh yang bulat menyerupai lidi dan tidak bersegmen. Ukuran cacing nematoda dewasa bervariasi tergantung pada spesies cacing tersebut.

Beberapa nematoda pada ayam antara lain: Capillaria annulate, Gongylonema ingluvicola, Ascaridia galli, Tetrameres americana, Heterakis gallinarum, Syngamus trachea, Oxyspirura mansoni, dan lain-lain.

  • Cestoda

Cestoda merupakan kelas cacing dengan ciri khas cacing yang menyerupai pita sehingga sering juga disebut cacing pita. Umumnya cacing kelas cestode berwarna putih dan tubuhnya bersegmen. Cestode dapat menginfeksi sejak bentuk larva dan ukuran dari cacing cestode bervariasi tergantung pada stadium cacing dan spesiesnya.

Cestoda yang paling sering menginfeksi ayam yaitu Raillietina sp.

  • Trematoda

Trematoda mempunyai ciri khas yaitu bentuk tubuh yang menyerupai daun. Jarang ditemukan untuk kelas trematoda menginfeksi ayam.

Salah satu spesies trematoda yang sering menginfeksi ayam adalah Echinostoma revolutum. Cacing ini hidup di rectum dan sekum ayam. Akan menginfeksi ayam melalui inang perantara yaitu siput.

  • Protozoa

Protozoa adalah organisme satu sel dengan bagian-bagian sel yang lengkap. Protozoa selain dapat menyebabkan penyakit pada ayam (hewan) juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia Cara makan ayam yang bersifat omnivore meningkatkan kemungkinan masuknya parasit ke dalam tubuh ayam. Ada atau tidaknya protozoa dalam tubuh ayam menentukan kelayakan ayam tersebut untuk dikonsumsi.

Protozoa yang bersifat parasit pada ayam antara lain Leucocytozoon sp., Plasmodium sp., Histomonas melegridis dan beberapa spesies dari Eimeria yang sangat terkenal menyerang ayam.

Butuh Info Peternakan Terkini, Edukasi, Pendampingan, dan Konsultasi tentang Kesehatan Ternak?

FOLLOW SOSIAL MEDIA KAMI

SISTEM URINARIA AYAM

Sistem urinaria ayam terdiri dari ginjal (ren) dan ureter. Untuk lebih lengkapnya simak artikel berikut ini.

PT. CIPTA TERNAK SEHAT INDONESIA

Ginjal merupakan peran utama dalam proses penyaringan atau filtrasi darah sehingga dapat memisahkan air dengan zat buangan dan menyerap kembali (reabsorbsi) zat makanan yang masih bermanfaat untuk tubuh. Selain itu, ginjal juga mengatur derajat keasaman, konsentrasi ion mineral dan komposisi air dalam darah.

Terdapat dua buah ginjal di sisi kiri dan kanan yang memanjang, berlokasi di belakang paru-paru dan menempel pada tulang punggung dari ayam. Masing-masing dari ginjal terdiri atas tiga lobus yang tampak dan jelas. Struktur ginjal terdiri dari glomerulus, tubulus-tubulus kecil yang menjadi unit fungsional utama ginjal.

Setelah melalui ginjal, hasil dari filtrasi akan masuk ke dalam ureter dan bermuara di urodeum lalu menjadi satu di kloaka. Sisa-sisa nitrogen akan dikeluarkan dalam bentuk asam urat dan bentuk semi padat bersama dengan feses. Oleh karena hal ini, maka biasanya pada feses ayam terdapat sedikit warna putih.

Ureter disebut juga ductus mesonephricus. Terdapat sepasang ureter menuju ke caudal (belakang) dari tubuh ayam dan bermuara langsung ke kloaka (urodeum).

Butuh Info Peternakan Terkini, Edukasi, Pendampingan, dan Konsultasi tentang Kesehatan Ternak?

FOLLOW SOSIAL MEDIA KAMI

SISTEM SARAF AYAM

Sistem saraf (nervous system) dan organ sensoris memainkan peran yang penting dalam kehidupan hewan sehari-hari, termasuk pada ayam.

PT. CIPTA TERNAK SEHAT INDONESIA

Sistem saraf pada ayam merupakan suatu kesatuan yang dapat mengontrol semua fungsi pada tubuh yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan penting untuk sensoris panca indra, aktivitas motorik volunteer dan involunter organ atau jaringan tubuh serta homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh.

Pembagian Sistem Saraf

  1. Sistem saraf otak atau somatic bisa juga disebut voluntary control dimana system saraf ini bertanggung jawab terhadap gerakan tubuh pada kondisi sadar.
  2. Sistem saraf otonom atau involunter control yang akan bertanggung jawab dalam koordinasi gerak dibawah sadar seperti gerakan pada organ pencernaan, jantung, pembuluh darah, dan organ penafasan.

Fungsi Sistem Saraf Pada Unggas

  1. Memperoleh (melalui reseptor sensorik) informasi tentang lingkungan internal dan eksternal.
  2. Menganalisis dan menanggapi informasi sesuai kebutuhan.
  3. Mentumpan informasi sebagai memori dan belajar.
  4. Mengkoordinasi impuls motorik keluar untuk otot rangka dan viscera (otot polos, otot jantung dan kelenjar).

Organ Sistem Saraf Dan Organ Sensoris

Otak merupakan pusat kendali untuk banyak fungsi dan kegiatan dari banyak sistem, organ, dan jaringan yang dibentuk atau ada dalam tubuh ayam. Otak terletak di kepala dan terlindungi dengan baik oleh tulang-tulang tengkorak. Otak terdiri dari sejumlah bagian yang mempunyai berbagai sel khusus yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi, mengenali, mengingat, dan mengarahkan.

Bagian-bagian Otak :

  1. Otak depan sebagian besar terdiri dari belahan otak dan lobus penciuman. Lobus penciuman (olfactory lobes) pada otak depan adalah daerah reseptor untuk saraf penciuman dan pusat untuk bau. Hipothalamus dan kelenjar hipofisis terletak di sisi bawah otak depan.
  2. Otak tengah yang terutama terdiri dari lobus optic. Ukuran dari otak tengah pada unggas relatif besar dibandingkan dengan vertebrata lainnya. Hal ini mencerminkan pentingnya penglihatan bagi kebanyakan unggas.
  3. Otak belakang sebagian besar terdiri dari otak kecil dan medulla oblongata. Otak kecil terlibat dalam koordinasi kegiatan otot rangka, ukurannya relative besar mencerminkan kebutuhan untuk koordinasi yang tepat dari aktivitas otot selama terbang.
  4. Sumsum tulang belakang bisa disebut juga korda spinalis. Korda spinalis adalah korda jaringan saraf yang memanjang dari medulla oblongata otak sepanjang hamper seluruh ekstremitas kolom vertebra melalui kanal yang telah disediakan. Sumsum tulang belakang dan otak merupakan SSP (sistem saraf pusat). Sumsum tulang belakang dilindungi oleh cairan tulang belakang dan selubung yang membungkusnya, semuanya terletak di dalam tulang belakang.

Pada otak terdapat kelenjar yang sangat kecil disebut dengan kelenjar hipofisis bisa disebut hipofisis saja bila dikaitkan dengan hypothalamus. Kelenjar ini sangat penting sebagai kelenjar endokrin dan sering disebut juga sebagai “master gland” karena banyak dari sekresinya mengatur operasi dari beberapa kelenjar serta fungsi sistem, organ, dan jaringan dari ayam.

Saraf

Sel saraf atau neuron terdiri dari badan sel dengan satu atau lebih proyeksi memanjang dari badan sel tersebut. Badan sel mengandung nucleus (inti sel). Proyeksi yang dimaksud adalah bagian dari sitoplasma dan disebut akson jika panjang dan tunggal atau dendrit jika pendek dan bercabang. Ujung-ujung saraf atau reseptor pada satu sisi membawa sensor yang merespon rangsangan, lalu pada sisi berlawanan rangsangan tersebut kembali ditransfer ke otak. Ujung saraf adalah sarana yang dengannya rangsangan dirasakan atau dilakukan kontrol. Sisa dari bagian sel saraf bertindak sebagai pembawa pesan ke otak dengan cara yang sama seperti saluran telepon membawa pesan antara dua telepon.

Beberapa jenis ujung saraf pada sel saraf tergantung pada tugas yang harus mereka lakukan, seperti mencium, mendengar, melihat, atau merasakan sentuhan. Ayam kemudian dapat bereaksi terhadap rangsangan ini dan responnya diarahkan melalui sistem, organ, atau jaringan tertentu.

Organ-organ Sensorik

Organ-organ sensorik menerima berbagai rangsangan dari lingkungan ayam, tergantung pada mode aksi rangsangan.

Organ-organ sensorik meliputi:

  1. Mata – untuk penglihatan.
  2. Telinga – untuk pendengaran dan keseimbangan.
  3. Organ penciuman – untuk bau.
  4. Taste buds (pengecap pd lidah) – untuk rasa.

Mata ayam berukuran cukup besar dalam kaitannya dengan ukuran unggas. Ayam memiliki penglihatan binocular (terjadi ketika kedua mata melihat suatu objek. Ini merupakan bantuan untuk menjauhkan persepsi). Terdapat satu mata di setiap sisi wajah dan hanya sudut 26° langsung ke depan. Kedua kelopak mata memiliki selaput yang sangat tipis disebut nictitating membrane (membrane niktitan) yang terletak di sudut depan setiap mata. Membran niktitan mampu memberikan perlindungan yang sangat cepat dengan menutupi bola mata.

Butuh Info Peternakan Terkini, Edukasi, Pendampingan, dan Konsultasi tentang Kesehatan Ternak?

FOLLOW SOSIAL MEDIA KAMI

SISTEM IMUN AYAM

Dengan mengetahui sistem imun ayam, maka kita akan mengetahui organ-organ yang melindungi ayam secara alami dari serangan berbagai jenis penyakit.

PT. CIPTA TERNAK SEHAT INDONESIA

Kekebalan adaptif dimediasi oleh sel-sel yang disebut limfosit. Limfosit akan ditemukan terutama di dalam organ limfoid dan muncul dari sel punca di sumsum tulang belakang. Limfosit dewasa atau matang di dalam organ limfoid ada dua jenis, yaitu sel limfosit T dan sel limfosit B.

Sel T akan ditemukan pada thymus dan sel B akan ditemukan di jaringan limfoid gastrointestinal, sumsum tulang, atau bursa fabricius tegantung pada spesies dari hewan. Jika limfosit yang baru berkembang memiliki reseptor untuk self-antigen yang berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan, mereka terbunuh sebelum mereka dapat meninggalkan organ limfoid primer. Limfosit dewasa meninggalkan organ limfoid primer untuk tinggal di organ limfoid sekunder, di mana peran mereka adalah untuk bertemu dan merespon antigen asing. Organ limfoid sekunder utama meliputi kelenjar getah bening (KGB), limpa, sumsum tulang, dan Peyer patch  Walaupun antigen ditangkap dan diproses oleh sel dendritic, makrofag, dan sel B, respon imun adaptif sebenarnya dipasang oleh sel yang disebut limfosit. Limfosit adalah sel bulat kecil yang mendominasi di organ-organ seperi limpa, KGB, dan thymus.

Limfosit memiliki reseptor antigen di permukaannya dan karenanya dapat dikenali dan menanggapi antigen asing. Limfosit pada akhirnya bertanggung jawab untuk produksi antibody dan respons imun terpediasi. Respon kekebalan harus diatur dengan hati-hati. Limfosit harus dipilih sehingga reseptornya hanya akan mengikat antigen asing, dan respons setiap limfosit harus diatur sehingga cukup tetapi tidak berlebihan untuk kebutuhan tubuh. Oleh karena itu organ limfoid dapat diklasifikasikan berdasarkan perannya dalam menghasilkan limfosit, dalam mengatur produksi limfosit, dan dalam menyediakan lingkungan untuk menjebak antigen asing, memprosesnya, dan memaksimalkan kesempatan bagi antigen yang diproses untuk bertemu dan berinteraksi dengan limfosit.

Organ-organ yang mengatur perkembangan limfosit adalah disebut organ limfoid primer. Limfosit terbagi menjadi dua populasi utama disebut sel T dan sel B, berdasarkan pada organ utama di mana mereka mengalami proses pendewasaan. Dengan demikian sel T semuanya akan matang di thymus, sebaliknya dengan sel B akan matang dalam organ yang berbeda tergantung pada species hewan. Bila pada ayam (unggas) akan terjadi pada bursa fabricius, pada primate dan tikus pada sumsum tulang, pada kelinci, ruminansia dan babi akan terjadi di jaringan limfoid. Semua organ limfois primer berkembang pada awal kehidupan janin.

Thymus

Thymus terletak di rongga toraks di depan dan di bawah hati. Di kuda, sapi, domba, babi, dan ayam itu thymus juga memanjang hingga leher sampai ke kelenjar tiroid. Ukutan dari thymus bervariasi, ukuran relatifnya yang terbesar di hewan baru lahir dan ukuran absolutenya paling besar sebelum pubertas. Mungkin sangat kecil dan sulit ditemukan pada hewan dewasa. Struktur timus terdiri dari lobules sel-sel epitel longgar, masing-masing ditutupi oleh kapsul jaringan ikat.

Bursa Fabricius

Bursa fabricius hanya ditemukan pada golongan unggas, termasuk ayam. Bursa fabricius adalah kantung bundar terletak tepat di atas kloaka. Seperti timus, bursa mencapai ukuran terbesar pada anak ayam sekitar 1 hingga dua minggu setelah menetas dan kemudian menyusut seiring bertambahnya usia ayam. Sangat sulit untuk mengidentifikasi pada burung yang lebih tua.

Struktur dari bursa fabricius seperti timus, yaitu terdiri dari limfosit yang tertanam dalam jaringan epitel. Garis jaringan epitel ini kantung yang berlubang yang terhubung ke kloaka melalui saluran. Karena bursa menyusut ketika anak ayam menjadi dewasa secara seksual, atropi bursal juga dapat dipicu oleh pemberian testosterone. Dengan demikian bursa adalah organ limfoid primer yang berfungsi sebagai situs pematangan dan diferensiasi untuk sel-sel sistem pembentuk antibody. Limfosit yang berasal dari bursa karena itu disebut sel B.

Butuh Info Peternakan Terkini, Edukasi, Pendampingan, dan Konsultasi tentang Kesehatan Ternak?

FOLLOW SOSIAL MEDIA KAMI

SISTEM REPRODUKSI AYAM

Terdapat perbedaan yang signifikan pada organ genitalia ayam atau organ reproduksi berdasarkan jenis kelaminnya.

PT. CIPTA TERNAK SEHAT INDONESIA

Organ genitalia pada ayam antara lain:

  • Pada ayam jantan : terdapat testis, epididymis, ductus deferens, dan phallus.
  • Pada ayam betina : terdapat ovarium dan oviduct.

Sistem Reproduksi Jantan

Sistem reproduksi pada ayam jantan terdiri dari testis, epididymis, dan ductus deferens yang masing-masing berjumlah sepasang serta sebuah phallus yang homolog dengan penis sebagai organ kopulasi pada ayam jantan.

  1. Testis berbentuk seperti kacang dengan panjang kurang lebih 5cm. Berwarna putih selama musim kawin dan akan menjadi kekuning-kuningan pada masa tenang (molting) dan juga terjadi perubahan ukuran menjadi separuh dari ukuran awal.
  2. Ejakulat yang dihasilkan ayam jantan muda umumnya tidak mencapai 1ml.
  3. Epididimis berdekatan atau menempel pada testis.
  4. Ductus deferens bermuara pada bagian papilia di daerah urodeum yang merupakan muara dari ureter.
  5. Phallus (penis pada ayam) yang terdapat pada bibir bawah kloaka yang terdiri dari tuberkel kecil yang dilindungi oleh sepasang corpus phallis. Pada proses kopulasi akan terjadi cloacal kiss.

Sistem Reproduksi Betina

Ovarium pada unggas disebut juga folikel. Ovarium bangsa unggas umumnya hanya sebelah kiri yang berkembang sedangkan sebelah kanan lama kelamaan akan regresi. Berbentuk seperti buah anggur dan terletak di rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri. Ovarium merupakan tempat pematangan sel telur (ovum).

Oviduct adalah saluran yang mengubungkan ovarium dengan vagina dan juga digunakan sebagai saluran bagi spermatozoa menuju ke ovum untuk fertilisasi. Pada ayam oviduct dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain:

  1. Infundibulum merupakan bagian paling depan dari oviduct dengan panjang 7cm. Terjadi proses pembentukan lapisan chalaza (lapisan tipis albumin) yang akan membungkus kuning telur secara memutar sehingga discus germinalis selalu berada di bagian atas.
  2. Magnum merupakan bagian oviduct terpanjang sekitar 30cm. Fungsi dari magnum sendiri yaitu menghasilkan albumin sehingga telur nantinya memiliki dinding yang tebal dan berlipat.
  3. Isthmus bagian dari oviduct yang memiliki diameter lebih kecil daripada magnum sehingga dapat disebut sebagai penyempitan dan memiliki panjang sekitar 8 cm. isthmus membentuk dua membrane homogeny yang disebut dengan Inner Shell dan Outer Shell dimana membrane tersebut terletak di antara albumin dan kulit telur.
  4. Uterus pada ayam berupa ruangan dengan panjang 8cm. Pada uterus terjadi pembentukan kerabang telur yang merupakan lapisan cuticula dan juga terjadi deposisi kulit dan pigmen telur.
  5. Vagina merupakan bagian oviduct yang paling belakang. Vagina diakhiri dengan adanya bentukan kloaka sebagai bagian akhir dari saluran reproduksi. Vagina memiliki cincin sirkuler dengan lipatan pada permukaannya sebagai tempat menyimpan spermatozoa.
  6. Kloaka merupakan lubang buang urine dan feses yang disebut manure pada unggas serta tempat berakhirnya saluran reproduksi.

Butuh Info Peternakan Terkini, Edukasi, Pendampingan, dan Konsultasi tentang Kesehatan Ternak?

FOLLOW SOSIAL MEDIA KAMI

SISTEM PERNAFASAN AYAM

Bagaimana ayam bernafas? Sama tidak ya dengan manusia? Simak artikel berikut ini.

PT. CIPTA TERNAK SEHAT INDONESIA

Anatomi dan fisiologi system pernafasan pada ayam memiliki perbedaan signifikan dengan hewan lain. Pada mamalia dapat kita jumpai diafragma, sedangkan pada ayam tidak. Namun, pada ayam terdapat 9 kantong udara yang terletak di daerah serviks, satu pasang di interklavikula, satu pasang di area perut, satu pasang di bagian dada depan, dan satu pasang di bagian dada belakang.

Sistem pernafasan pada ayam terdiri dari nares (lubang hidung), larynx, trachea, syrinx, bronkus, dan bronkeolus. Fungsi utama saluran pernafasan pada ayam adalah menyediakan oksigen, mengeluarkan karbondioksida, membantu pengaturan suhu tubuh. Selain itu system pernafasan juga sebagai sumber produksi suara untuk berbicara, berkicau, atau bentuk komunikasi lainnya.

Organ-organ Pernafasan Pada Ayam

  1. Nares (lubang hidung)

Untuk mengambil udara untuk bernafas, terdapat bulu-bulu halus di dalamnya yang digunakan untuk menyaring udara yang masuk.

  1. Larynx

Fungsi dari larynx antara lain: mencegah masuknya benda asing kedalam larynx, jalan masuk udara selama inspirasi, membantu dalam proses menelan, membantu mengatur tekanan intra thoracis (pintu masuk&keluarnya udara), mengatur suara.

  1. Trachea

Trachea berupa pipa terdiri dari cincin-cincin tulang rawan. Pada pangkal trachea terdapat syrinx sebelum bercabang menjadi bronkus kanan dan bronkus kiri.

  1. Syrinx

Terletak pada percabangan pangkal trachea yang mana bila bergetar akan membentuk suara pada ayam. Suara terjadi saat ekspirasi, dimana syrinx berfungsi sebagai katub penjaga keseimbangan tekanan udara.

  1. Pulmo/Paru-Paru (Bronchus dan bronchioles)

Terdapat sepasang dan dilindungi oleh tulang rusuk. Ukurannya relative kecil dan tidak berlobi, berwarna merah terang. Sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.

  1. Air sac ( kantung udara )

Berfungsi untuk memertahankan volume udara yang konstan pada paru-paru dan menggerakan udara melalui paru-paru selama inspirasi dan ekspirasi.

Sumber: Illustration by Kathryn Born

Butuh Info Peternakan Terkini, Edukasi, Pendampingan, dan Konsultasi tentang Kesehatan Ternak?

FOLLOW SOSIAL MEDIA KAMI